Dikirim oleh : Jakarta IMC Editorial Group – Jakarta IMC
Pada tanggal : 03-05-2008, 02:26
nasional / represivitas aparat / news report
187 aktivis Jaringan Anti Otoritarian dihadang dan ditangkap dengan tindakan represif oleh personil Polres Jakarta Selatan seusai demonstrasi di depan Wisma Bakrie, saat hendak bergabung menuju bundaran HI.
Jaringan Anti Otoritarian memulai aksi jalan kaki dari kampus STIE Perbanas pukul 10.00. Di Depan Wisma Bakrie, mereka melakukan aksi orasi, corat-coret di plang Wisma Bakrie dengan cat semprot, spidol, dan melemparinya dengan bola plastik berisi cairan berwarna. Dalam aksinya, mereka juga sempat membakar sebuah ondel-ondel yang diibaratkan sebagai Aburizal Bakrie. Wisma Bakrie dianggap sebagai simbol penguasa dan pemilik modal yang menyengsarakan rakyat dalam kasus Lapindo.
“Kami ingin mengingatkan, bahwa hari buruh bukan hanya untuk buruh saja. Namun, juga korban-korban ketidakadilan dan kemiskinan yang hingga saat ini belum mendapatkan perhatian. Sebagai contoh pelaku lumpur Lapindo dan korbannya, penduduk Pasuruan,” kata seorang aktivis.
Setalah selesai melakukan aksi di Wisma Bakrie, polisi tiba-tiba melakukan tindakan represif dengan memukul, menarik dan menangkap empat demonstran. Tidak lama setelah itu, di depan Monumen 66, polisi mengepung para aktivis dan membawa mereka ke Polres Jakarta Selatan. Beberapa aktivis masih dipukuli saat perjalanan menuju Polres dan saat pemeriksaan.
Para aktivis Jaringan Anti Otoritarian ditahan dan diperiksa di polres Jakarta Selatan selama lebih dari 12 jam, dan baru dibebaskan pada pukul 12 malam. Dalam penangkapan itu polisi juga menahan Wojciech Janusz Scoierzowicz, mahasiswa Polandia yang ikut berdemonstrasi.